Monday 22 June 2015

Dimana Akan Ku Cari

Oleh : Angga



Siang selepas dzuhur, keluar dari masjid Agung, matahari masih garang sepertinya, kusapu mata mengitari teras masjid, seperti biasa kalau bulan puasa, banyak yang melepas lelah ada yang bergerombol membentuk kelompok seakan sedang berdiskusi, ada yang tidur tiduran, ada juga berpasangan mengobrol janji janji asmara. Akupun ikutan bermalas malas ria di teras masjid sambil buka mbah google. Setengah jam berlalu asik dengan duniaku tak sadar di sebelahku ada sesorang sedang asik sendiri. Kutatap wajahnya, duhhh geulisna...sempurna, mengingatkan ku pada wajah penyanyi yang ngetop tahun 90 han , ya almarhumah Nike Ardila, namun dibalik wajahnya yang cantik, terselip kesedihan yang sempuran, matanya menatap kosong seakan tak bercahaya, ku lirik di sekitar area takut dia tidak sendiri bersama teman atau kekasihanya. Tidak! Dia sendiri.

Naluriku mengatakan, ada sesuatu dengan gadis ini, insting sebagai seorang jurnalis sangat peka terhadap sesuatu. Dalam benak gadis ini cocok untuk halaman fropil di surat kabar yang kukelola, sebagai halaman daya tarik untuk para pembaca.

Handphoneku  berdering, tet kupencet tombol jawab
“ Kang di mana?’’ suara di seberang sana menayakan posisiku.
“ Di masjid Agung, ada apa?”
“ Deadline, halaman fropil masih kosong, gimana ada enggak?’’
“ Ada, tunggu sebentar.” Jawabku mematikan Handphone.

Ternyata gadis tersebut mendengarkan pembicaraanku, dan menatapku sambil bertanya merdu “ Akang wartawan?”
“ Ya nenk,’’ jawabku spontan tanpa jeda.
“ Nenk mau cerita silahkan akang yang buat seperti apa ceritanya, yang penting ada pesan di balik cerita,”
“ Ya, silahkan nenk cerita, akang mendengarkan ,” .
Satu jam berlalu mendengarkan ceritanya, di selingi tanya jawab agar jelas apa yang dia maksudkan. Wajahnya yang cantik bertambah cantik dengan senyum ciri khas mojang priangan. Sebelum dia berlalu meninggalkan secarik kertas berupa alamat, dan berkata “ Kang kalau sudah di muat ceritanya di surat kabar, minta koranya dan anter ke alamat ini ya! Sebelumnya nenk mengucapkan terimaksih, nenk harus pamit .”

Ini ceritanya

Di sebuah perumahan Kota Garut tinggalah seorang gadis bersama sang ayah..
sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. .
Seorang gadis yang sebentar lagi lulus SMU, dan berharap masuk ke perguruan tinggi sesuai cita-citanya.


Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah dealer motor, dan saat itu dia jatuh cinta kepada sebuah motor yamaha mio waran merah, keluaran terbaru. Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat kelulusan ayahnya pasti akan membelikan motor itu kepadanya. Dia yakin, karena dia anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia sangat yakin nanti dia pasti akan mendapatkan motor itu.

Diapun berangan-angan mengendarai motor itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya.

Saatnya pun tiba, siang itu, setelah kelulusan, dia melangkah pasti ke ayahnya.
Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia mengungkapkan betapa dia bangga akan putrinya, dan betapa dia mencintai anak itu.

Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,... bukan sebuah kunci!
Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan sebuah Jaket kulit Terkenal buatan Sukaregang Garut, di belakangnya terukir indah namanya dengan sutra emas.
Gadis itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak, "Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah belikan jaket ini untukku?"
Lalu dia membuang Jaket itu dan lari meninggalkan ayahnya.
Ayahnya tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia hanya berdiri mematung, tak tahu apa yg harus di lakukannya .. 


* * *
Karena kesal dan merasa ayahnya tidak sepenuhnya memikirkan dia, dia kabur ke Jakarta, di ibukota dengan bermodalkan kecantikan dan kepinterannya dia bekerja sambil kualiah.
Tahun demi tahun berlalu, sang gadis telah menjadi seorang yang sukses. Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang wanita karir. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia betapa sayangnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari kelulusannya, dia menjadi sakit hati dan sangat mendendam.
Sampai suatu hari datang sebuah telepon dari kantor salah satu tetangga rumahnya yang memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal, dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak disuruh pulang ke Garut. Saat melangkah masuk kerumah itu, mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap buruk terhadap ayahnya.
Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya, dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka lemari pakaian ayahnya, dia menemukan Jaket itu, masih terbungkus dengan kertas kado yang sama beberapa tahun yang lalu.
Sesuatu jatuh dari bagian kantong Jaket itu. Dia memungutnya.. sebuah kunci motor! Di gantungan kunci motorl itu tercetak nama dealer, sama dengan dealer motor  yang dulu dia idamkan! Dia merogoh kantong sebelahnya dan menemukan sesuatu,, di situ terselip STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi pembelian motor, tanggalnya tepat sehari sebelum hari kelulusan.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah motor yang berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun motor itu sudah sangat kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas motorl itu, motor yamaha mio berwarna merah yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru dia menghapus debu pada jok motor dan membuka ada bagasi dan terselip selembar foto ayahnya sedang tersenyum bangga.
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping motor itu, ia menangis. air matanya tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang takan mungkin bisa terobati...***

No comments :

Post a Comment