Sunday 13 March 2016

Kualitas Raskin Buruk, Para Kades Mengeluh



POROS GARUT-. Para Kepala Desa di Kabupaten Garut mengeluhkan masih buruknya kualitas dan kuantitas raskin (beras untuk rakyat miskin). Keluhan sejumlah Kades tersebut disampaikan saat rapat koordinasi (rakor) dan evaluasi tunggakan raskin, yang berlangsung di Gedung Pendopo Garut, beberapa waktu yang lalu.

Dalam Rapat Koordinasi yang dihadiri ratusan Kepala Desa se-Kabupaten Garut itu, terungkap permaslahan yang kerap dikeluhkan para Kades ini ialah buruknya kualitas dan kuantitas raskin.

Sekertaris Daerah Kabupaten Garut, H. Iman Alirahman dalam Rakor itu sempat mengabsen semua desa yang menunggak raskin. Namun, waktu sesi tanya jawab, hampir semua Kades mengeluhkan dan mempertanyakan mengenai kualitas-kuantitas raskin yang dianggap buruk.

Para Kades juga mengeluhkan dengan selalu tekornya timbangan raskin yang selama ini didistribusikan pihak Bulog. 

Salah seorang Kades mengatakan, setiap melakukan pembayaran kepada pihak Bulog, pihaknya harus nombok. “Pasti kita harus nombok hingga beberapa juta rupiah dalam setiap pembayaran ke Bulog. Bayangkan, dalam setiap karungnya bisa tekor sampai 2 kg,” keluhnya.

Menanggapi keluhan para Kades tersebut, Wakil Kepala Bulog Sub Ciamis yang membawahi Bulog Garut, Fitri Nur mengatakan, jika hal tersebut dialami oleh para kepala desa, maka jangan segan-segan untuk menolak dan mengembalikan kiriman raskin tersebut dan membuat laporan secara tertulis pada pihak yang berwajib.

“Untuk saat ini jumlah tunggakan desa yang belum membayar raskin di Kabupaten Garut mencapai Rp 2 Miliar,” tandasnya. (Ahmad Sadli)

Saturday 12 March 2016

Ratusan Rumah Terkena Dampak Pergerakan Tanah





POROS GARUT-. Suara gemuruh disertai guncangan sempat terdengar sebelum terjadi pergerakan tanah, di Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Jum'at (19/2). Kesaksian itu dikatakan Ade Kumis, tokoh masyarakat setempat, Senin (22/2/). 

Kerusakan rumah akibat pergerakan tanah di Kecamatan Cisompet, hingga Senin (22/2) mencapai ratusan unit. Data di aparat Koramil setempat menunjukkan 128 rumah baik rusak berat maupun sedang. Jumlah tersebut berbeda dengan data yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut sebanyak 247 rumah.

BPBD Kabupaten Garut serta Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menyalurkan sejumlah bantuan untuk para korban diantaranya makanan siap saji, mie Instan, selimut serta pendirian tenda darurat. Selain memberikan sejumlah bantuan BPBD Garut juga menerjunkan tim ahli dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Tenda pengungsian pun dipenuhi warga yang rumahnya terkena dampak pergeseran tanah. Sebagian lagi mengungsi ke tempat tinggal saudaranya maupun tinggal sementara di lingkungan sekolah. Mereka khawatir akan terjadi pergerakan tanah susulan yang lebih besar.

"Warga masih tetap bertahan di beberapa tempat pengungsian dan tidak mau kembali ke rumahnya masing-masing, " ujar salah satu staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dudi, Senin (22/2).

Kebanyakan yang mengalami kerusakan rumah panggung yang berdekatan dengan lokasi pergerakan tanah. Mayoritas kerusakan rumah warga di tiga kampung di Desa Sindangsari, mengalami retak di bagian pondasi, dinding, dan lantai rumah.

Bupati Garut, Rudy Gunawan meluncur ke lokasi bencana Senin (22/02). Bupati berjanji akan merelokasi warga yang terkena dampak. Namun, menunggu hasil analisa PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) terlebih dahulu.
Bupati mengingatkan warga lebih waspada dikarenakan intensitas hujan masih tinggi hingga awal bulan April ke depan.

Ditempat terpisah, Ketua Komisi A DPRD Garut, H. Alit Suherman, S.Pd  mengatakan turut berduka cita, semoga saudara kita sabar dalam menghadapi musibah tersebut. Kami meminta ke pada BPBD Garut agar memaksimalkan tanggap darurat, selain itu agar dilakukan kordinasi lintas SKPD, seperti Dinas Tarkim, Kesehatan, Pendidikan. Agar paham apa yang dibutuhkan korban bencana.

Kami juga, lanjut Alit, akan meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut untuk menyediakan tempat yang aman bagi korban musibah tersebut. “ Ini adalah musibah tanggung jawab pemerintah, sudah semestin ya menyediakan tanah yang aman untuk relokasi , sebab kalau masih tinggal di tempat terjadinya musibah akan terjadi lagi hal serupa. Lokasi tersebut rawan pergeseran tanah dan longsor,” pungkas Alit. (Ahmad Sadli)

Siswi SMPN 4 Melahirkan Di Kelas.




POROS GARUT-. Wajah Dinas Pendidikan Kabupaten Garut kembali tercoreng untuk yang kesekian kalinya. Sebelumnya seorang siswa SMP melakukan pelecehan seksual terhadap belasan siswa SD, Lalu sekarang muncul lagi berita seorang siswi SMP melahirkan
Kepala SMPN 4 Garut mengakui salah satu siswinya melahirkan di kelas. Kepala sekolah ini juga mengakui peristiwa tersebut baru dilaporkannya ke dinas pendidikan Garut, senin (29/02) lalu.

Peristiwa ini sendiri terjadi Jumat (26/02) pekan lalu. Burhan kepala sekolah SMPN 4 Garut mengatakan alasan dirinya terlambat melaporkan kejadian tersebut karena menganggap peristiwa itu bukan kejadian luar biasa

" Terjadinya waktu dia ( siswi ) tersebut keluar toilet. Itu sudah terasa dan melahirkannya di kelas. Kejadian itu bukan kejadian luar biasa ya. Pelakunya orang luar ya, anak genk genk gitu " Kata Burhan.

Sementara itu,  Pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Garut, membantah bila siswi yang bersekolah di wilayah Kecamatan Garut Kota tersebut melahirkan di sekolah. Dari informasi yang ia terima, remaja perempuan yang masih duduk di bangku kelas IX SMP itu melahirkan di rumah sakit.

“Anak tersebut melahirkan di rumah sakit, bukan di sekolah. Memang tanda-tanda akan melahirkan ini sudah terlihat saat mengikuti kegiatan di sekolah,” tutur sumber tersebut dalam kondisi anonim, Jumat (4/3).

Ia memaparkan, kronologi peristiwa itu dimulai saat siswi ini mengikuti kegiatan les di sekolahnya. Pihak sekolah, tambahnya, membujuk siswi ini untuk mengikuti les menghadapi ujian karena ia telah lama bolos. Karena khawatir sebentar lagi ujian, kepala sekolahnya membujuk siswi ini agar mau ikut les.

“Hingga pada akhirnya anak itu menunjukan ciri seperti akan melahirkan dengan bolak-balik ke kamar kecil, sampai mengeluarkan darah,” ungkapnya.

Pihak sekolah pun mengantar siswi ini ke rumah sakit. “Melahirkannya di rumah sakit, jadi bukan di sekolah. Perlu ditekankan, sebelum kejadian itu kepala sekolah dan guru-gurunya tidak tahu jika anak didik mereka sedang hamil. Kalau tahu hamil dan akan melahirkan, mana mungkin dia dibujuk untuk ikut les,” katanya.
Di tempat yang sama, Engkus Kusnadi, Kasi  SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Garut menyatakan pihaknya baru mengetahui kejadian ini dari awak media dan sangat menyesalkan hal ini terjadi

" Saya baru tau dari anda. Sangat disesalkan, kelas 9 ya? Mana mau ujian. Kok bisa ya orangtua nya tidak mengetahui kalau anaknya hamil" Kata Engkus . (M. Irfan)

Ratusan Warga Ontrog Pabrik Pakan Ayam




POROS GARUT-. PABRIK pakan ayam yang berlokasi di Kampung Copong, Kelurahan Sukamantri Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut di ontrog ratusan warga. Setelah negosiasi mentok warga pun langsung membakar sejumlah tempat pengolahan pakan ternak tersebut.

Salah seorang warga Copong, Ujang (40), mengaku dirinya merasa terganggu terkait berdirinya pabrik pakan ayam di wilayahnya. Sebenarnya kata Ujang, tempat itu sempat beberapa kali di tutup namun masih membandel memaksakan untuk terus beroperasi.

“Peringatan secara baik-baik ternyata tidak diindahkan oleh pemilik pabrik. Jadi cara seperti ini terpaksa ditempuh warga,” kata Ujang dilokasi kejadian, Selasa (08/03).
Ditambahakan Yusef, warga Banyuresmi yang terkena dampak limbah, mengatakan, pihak pengelola dan Pemkab Garut tidak mengindahkan keinginan warga untuk memberhentikan kegiatan pengolahan limbah yang hampir satu tahun mencemari lingkungan.

"Kalau pemerintah tidak berani menutup kegiatannya, maka kami yang akan menghentikannya, " ungkapnya.

Masih menurut Yusef, sebenarnya warga setempat yang terkena dampak sudah cukup bersabar. Beberapa kali peringatan dan toleransi diberika kepada pemilik pabrik yang dimiliki oleh warga negara asing tersebut.

“Pokoknya siang malam warga di Copong sangat menderita akibat bau busuk menyengat dari pabrik pakan ternak tersebut,” ujarnya.

Di lokasi kejadian “ POROS GARUT” bau busuk menyengat sudah tercium ratusan meter dari lokasi pabrik pembuatan pakan. Bau bUsuk tersebut berasal dari bahan pakan ternak yang terdiri dari bulu ayam busuk dan tulang belulang hewan.

Sementara itu, Kapolres Garut, AKBP Arif Budiman menuturkan PT. Daeyol merupakan perusahaan pakan ternak dari bahan bulu ayam dan tulang sapi. Perusahaan tersebut sudah tak berizin karena bau busuk ke permukiman warga.

“Dulu ada izinnya tapi tidak diperpanjang karena bau. Bukan pabriknya yang dibakar. Tapi tempat penjemuran bulu ayamnya. Itu juga di luar area pabrik,” kata Arif.

Arif menambahkan, pabrik tersebut sudah disegel oleh Satpol PP. Sejak 12 Februari 2016, sudah tidak ada aktivitas dan produksi di pabrik tersebut. Pihak perusahaan pun tengah memindahkan mesin-mesinya dari Garut ke Surabaya.

“Kami jamin tak akan ada operasi lagi. Sekarang lagi proses pemindahan. Tidak ada kontrol dari dinas terkait membuat pabrik sempat beroperasi kembali,” ucapnya. (Ahmad Sadli)