Sunday 21 June 2015

Lobet



Oleh : Canda Aprilia

Aku putuskan berangkat ke Tanggerang menemui adik sepupuku Sabtu sore itu. Sepulang kuliah jam Lima sore  aku menelepon adiku untuk mengabari aku akan ke sana. Di kosan segera aku membereskan hal-hal yang perlu dibawa. Hari itu kuliah yang padat, membuatku serba terburu-buru untuk melakukan ini itu. Kalau seputar kota Bandung sih sudah sering, jadi tidak ada yang perlu aku takutkan jika pergi ke sana sendirian. Namun ini Tanggerang   daerah di sekitar wilayah Banten. Aku baru sekali ke sana waktu mengantar adik sepupuku  awal kuliah di Jakarta itupun bersama keluarga . Sekarang keadaanya beda, aku pergi sendiri pada malam hari serta aku belum tau pasti tempat kos adik sepupuku . Agak ragu juga untuk berangkat saat  itu, namun keadaan mengharuskanku berangkat saat itu juga. Yahh..modal nekat semangat sang petualang sajalah. Semoga selamat sampai di tujuan.

Dengan menumpang Angkot berangkat dari kosan  usai sholat Magrib, sampai di terminal Leuwi Panjang menjelang Isya di terminal luar kota aku duduk sebentar melepas lelah, aku duduk di kursi tunggu. Banyak mata mata liar menatapku, ada yg tersenyum sedikit ganjen, ada juga yang menatap diam penuh rencana ( pikirnya ini cewek sendirian nyasar kali atau minggat dari rumah). Cuek jangan hiraukan berpersangka baik sajalah agar tenang dalam jiwa. Segera telepon memberi kabar ke Abi di Lembur dan adikku di Tanggerang kalo aku berangkat malam ini. Kulirik hp di tangan, upss…baterainya tinggal satu. Alamaaakk…aku belum mencharge hpku dari semalam. Waduh, kalo baterainya cuma satu pasti ga bakal bertahan hingga empat jam mendatang. Aku berpikir bagaimana caranya untuk bisa mengisi baterai. Ahaa…ternyata di pojok ruangan disediakan colokan untuk mengisi baterai hp penumpang.

Tanganku berusaha mencari-cari charger yang tersimpan di dalam tas. Atas, tengah, kiri, kanan, kanan bawah, kiri bawah, samping. Waahh…. aku tidak menemukannya di setiap sudut isi tas. Ampuuun, aku pasti lupa membawanya. Aku mulai sedikit cemas jika nanti baterai hpku habis dan aku tidak tau jalan ke kos adikku. Jika harus balik ke kosan mengambil charger akan bertambah kemaleman . Jika aku batalkan keberangkatan sore itu, gak enak ama adikku. Hemm…aku berusaha memutar otak bagaimana caranya untuk mengisi baterai hpku.

Kulirik kiri kanan, melihat orang-orang yang kira-kira menggunakan Samsung  (upss…sebut merk). Hampir semua orang di ruang tunggu sedang memegang hp, sekedar sms, menelpon atau lagi bermain game dan membuka akun sosial network. Kucoba dekati satu orang di depanku yang menggunakan Blackberry (ups..sebut merk lagi). Biasanya charger Blackberry cocok untuk Samsung. Kucoba melobi untuk meminjam chargernya. Alhamdulillah…dipinjamkan.
Diberikan charger, aku langsung mengisi baterai hpku. Baru lima menit, tiba-tiba ada pengumuman kalau ada pemberangkatan untuk tujuan —-teett (aku lupa tujuan mana, yang jelas sesuatulah).  Mba yang punya charger langsung meminta chargernya karena dia harus segera berangkat. Yaah..dengan setengah hati dan sebenarnya tidak rela aku serahkan charger itu. Yang punya charger sebenarnya siapa sih? (́_̀ ) Ga nyadar ya kalo cuma minjem.

Lumayanlah, suplai energi dari charger pinjeman tadi telah menyumbangkan satu baterai tambahan. Lanjooot…sms-an. Entah kenapa saat itu banyak banget sms masuk. Teng tong, jam 19.30 aku masuk ke dalam bus yang akan memberangkatkanku. Kulirik HP cuma tersisa satu baterai. Yaah, aku harus mematikan HP supaya nanti sampai di tempat tujuan bisa menghubungi adikku.
Ternyata selama aku mematikan HP, di tempat lain orang tuaku sedang panik memikirkanku karena HPku tidak bisa dihubungi. Mereka takut terjadi apa-apa dan aku tak tau arah kemana tujuan diitambah dengan HP yang mati. (Siuen diculik mereun kan nenk geulis xixixi)

Empat jam perjalanan Bandung – Tanggerang    tak terasa. Sampai di TKP  jam 23.30 WIB, wah meskipun udah larut malam tapi masih lumayan rame, beberapa wajah sangar menghampriku “ Bade kemana neng?” diam jalan seakan aku sudah terbiasa di situ (pura pura biar gak keliatan bego) dan beberapa motor ojek pun mendekatiku, waduh....langsung sudut mataku melihat beberapa taxi berjajar di tepi jalan, dengan santai namun melangkah pasti aku berjalan ke arah sopir taxi terdekat menanyakan alamat tujuanku. Ternyata supir taxinya kelihatan ragu-ragu seperti kurang mengenali daerah itu (-__-!). “Baiklah pak, jika sudah masuk ke alamat ini  saya tau jalannya. Sekarang antarkan saja saya ke sana dulu” jawabku. Aku berpikir bagaimana supaya bisa cepat sampai di tempat tujuan tanpa berlama lama di situ. Untuk alamat, aku bisa menelpon adikku nanti, pikirku.

Kuhidupkan HP, ternyata udah ngedip-ngedip lampu baterainya. Waduuh. Aku mengirimkan pesan singkat ke adik mengabarkan kalau aku sudah sampai di Tanggerang  dan sedang menuju kosannya. Sampai di depan gang masuk entah apa namanya , aku tak tau lagi kemana arahnya. Kucoba menelpon, waah..untung masih bisa menelpon dengan baterai HP yang sekarat seperti itu. Setelah mendapat petunjuk tempatnya, si Bapak supir taxi langsung menuju tempat yang diarahkan. Alhamdulillah… melihat bayangan seorang perempuan di ujung jalan hatiku langsung lega. Itu adikku sudah menunggu di ujung jalan.
Baru saja turun dari taxi, langsung HPku berbunyi tiga kali dan off. Waah..pas banget baterainya habis ketika aku sudah bertemu dengan adikku. Hanya beribu puji dan syukur yang bisa diucapkan atas kejadian yang kualami malam itu.
” Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban “
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? “

Sejenak setelah kejadian itu, terpikir bahwa baru HP saja yang tidak dicharge kelabakannya sudah bukan main. Apalagi jika baterai jiwa kita yang tidak dicharge ? Apalagi yang akan menjadi arahan dan petunjuk dalam menjalani hidup ini jika jiwa kosong? Tentu semangat dan harapan hidup akan semakin lemah jika baterai jiwa tidak diisi.

Ternyata setiap hari Allah memberikan pelajaran yang berharga dalam hidup ini. Walaupun itu hanya berupa kejadian kecil yang kadang tidak kita sadari. Masih banyak pelajaran-pelajaran berharga lainnya yang perlu ditadabburi dari setiap kejadian yang Dia berikan. Kita harus pandai memetik hikmah dari setiap kejadian yang Dia berikan***

No comments :

Post a Comment