POROS
GARUT-. Bisa jadi Korban prilaku sex memyimpang (sodomi) di Kabupaten Garut
dalam bebera pekan belakangan ini memiliki rekor tertinggi, Jumlah
korban pencabulan yang diduga dilakukan F (14 tahun), warga Kampung Cicayur ,
Desa Ciburuy, Kecamatan Bayongbong, bertambah menjadi 18 orang. Satu per satu
korban pencabulan bocah laki-laki yang baru duduk di bangku kelas satu hingga
lima SD ini telah menjalani pemeriksaan penyidik Unit Perlindungan Anak dan
Perempuan sejak Selasa (1/3).
Pemeriksaan
terhadap korban rencananya akan terus di lanjutkan. "Jumlah yang melapor
menjadi 18 orang. Sebagian besar korban sudah menjalani pemeriksaan dan akan
dilanjutkan hari ini,’’ kata Wakapolres Garut Kompol Anton Firmantono kepada
para wartawan, Rabu (2/3).
Anton mengatakan, pelaku pencabulan juga sudah menjalani pemeriksaan. Namun, karena statusnya masih anak-anak, pelaku tidak ditahan oleh polisi. Dalam pemeriksaan tersebut, pelaku mengakui perbuatannya. Hanya saja, kata dia, pelaku hanya mengakui delapan korban pencabulannya. Pengakuan tersebut masih terus diperdalam oleh penyidik.
"Pengakuannya pelaku hanya melakukan pencabulan terhadap delapan anak korban. Ini masih terus kita dalami,’’ ujar dia.
Anton mengatakan, pelaku pencabulan juga sudah menjalani pemeriksaan. Namun, karena statusnya masih anak-anak, pelaku tidak ditahan oleh polisi. Dalam pemeriksaan tersebut, pelaku mengakui perbuatannya. Hanya saja, kata dia, pelaku hanya mengakui delapan korban pencabulannya. Pengakuan tersebut masih terus diperdalam oleh penyidik.
"Pengakuannya pelaku hanya melakukan pencabulan terhadap delapan anak korban. Ini masih terus kita dalami,’’ ujar dia.
Salah satu orang tua
korban mengatakan, saat mendampingi anaknya di Mapolres mengatakan, terungkapnya
perbuatan cabul F salah satunya berkat pemberitaan kasus serupa yang diduga
dilakukan penyanyi dangdut Saipul Jamil. Salah satu korban memberikan pengakuan
telah dicabuli F kepada orangtuanya setelah menonton kasus Ipul, sapaan akrab
Saipul di televisi.
"Jadi ada salah
seorang anak saat menonton kasus Saipul Jamil dengan orang tuanya, anak
tersebut menanyakan sodomi itu apa, setelah dijelaskan, anak tersebut mengaku
pernah disodomi," katanya.
Sebelumnya, Di tempat terpisah , M lingga
Saputra Humas RSUD dr Slamet Garut
mengatakan, para korban sudah di
lakukan visum
"Semula
yang datang untuk meminta periksa visum itu 15 anak, kemudian pada Senin 29
Februari 2016 sore datang lagi dua anak menyusul. Mereka minta diperiksa visum
di rumah sakit," katanya , Selasa (1/3).
Belasan anak-anak ini, berdomisili di daerah
yang sama, yakni Kampung Cicayur Tonggoh, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug,
Kabupaten Garut. Saat divisum, mereka diperiksa di bagian anus oleh dokter anak
dan dokter forensik.
"Dari keterangan dokter forensik, rata-rata keluhannya sama, yaitu sakit di bagian anus atau pantatnya. Diduga mereka korban pencabulan," terangnya.
Menurut Lingga, hasil visum ke-17 anak ini baru akan diperoleh sekitar satu minggu.
"Sebab harus menunggu hasil lab dahulu," ucapnya.
"Dari keterangan dokter forensik, rata-rata keluhannya sama, yaitu sakit di bagian anus atau pantatnya. Diduga mereka korban pencabulan," terangnya.
Menurut Lingga, hasil visum ke-17 anak ini baru akan diperoleh sekitar satu minggu.
"Sebab harus menunggu hasil lab dahulu," ucapnya.
Semenetara
itu, guna merehabilitasi para korban pelecehan seksual di Kampung Cicayur
Tonggoh, Desa Cinta Nagara Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menurunkan tim untuk meninjau
keadaan psikologis para korban di sana. Selain itu tim pun akan memberikan
penyuluhan terhadap mereka tentang bahaya Sodomi.
Tim
yang terdiri atas lima orang itu dibagi dua bagian, ada yang menghibur
anak-anak dengan game dan ada yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat,
bagaimana mencegah putra putrinya dari pelecehan seksual. Kegiatan tersebut
bertempat di Madrasah Diniyah Takmiliyah/RA Miftahul Ulum, Kampung Cicayur
Tonggoh, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut.
Ketua
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten
Garut yang juga isteri dari Bupati Garut Rudy Gunawan, Diah Kurniasari. Langsung menyambangi para orang tua
dan korban yang tengah berkumpul di lobi Mapolres. Istri Bupati Garut
itu nampak berkaca setelah melihat belasan anak anak kecil yang masih duduk di
bangku SD telah menjadi korban pencabulan. Diah merasa miris dan tak tega
membayangkan apa yang telah mereka alami sebelumnya. Diah tak henti hentinya
memberikan motivasi baik kepada para orang tua korban maupun terhadap para
korban yang saat itu langsung mengerubunginya. Bahkan sesekali istri sang
Bupati ini memberikan wejangan kepada anak-anak agar kelak menjadi anak yang
shaleh, rajin, dan berbakti kepada orang tua
“Saya sangat prihatin dengan adanya peristiwa ini. Terus terang tadinya saya masih merasa kurang percaya mendengar kabar ini. Namun setelah saya datang langsung ke Polres dan menyaksikan secara langsung para korban, saya benar-benar prihatin dan terenyuh,” komentar Diah yang ditemui di Mapolres Garut.
Diah
berjanji, P2TP2A akan memberi pendampingan kepada para korban. Selain itu,
P2TP2A juga akan mendatangkan psikolog agar para korban tidak mengalami
trauma.
”Kami ingin memberi semangat ke anak-anak ini. Semuanya harus kuat karena masa depannya masih panjang. Kasihan sekali mereka kalau sampai trauma karena peristiwa yang telah menimpa mereka,” ujarnya.
”Kami ingin memberi semangat ke anak-anak ini. Semuanya harus kuat karena masa depannya masih panjang. Kasihan sekali mereka kalau sampai trauma karena peristiwa yang telah menimpa mereka,” ujarnya.
Terpisah,
Bupati Garut Rudy Gunawan telah menyatakan kasus asusila yang dilakukan F (14)
dengan korban mencapai belasan orang sebagai kejadian luar biasa.
Rudy berjanji akan
menanggung semua biaya pengobatan dan pemulihan belasan anak korban sodomi
tersangka F tersebut.
“Ini sebagai kejadian
luar biasa (KLB) moral. Anak-anak yang jadi korbannya banyak. Apalagi pelakunya
juga masih di bawah umur,” kata Rudy, Kamis (3/3/2016).
Rudy juga menjanjikan
akan memberikan dukungan bagi setiap keluarga korban.
“Biaya untuk pengobatan dan pemulihan gratis. Kami juga akan selalu memberikan dukungan bagi para korban,” ujarnya.
“Biaya untuk pengobatan dan pemulihan gratis. Kami juga akan selalu memberikan dukungan bagi para korban,” ujarnya.
Dia berharap kasus
ini tidak terulang di kemudian hari. Untuk itu, pihaknya segera memberikan sosialisasi
kepada setiap sekolah, mengenai perilaku menyimpang yang harus dihindari. (Ahmad
Sadli)
No comments :
Post a Comment